Senin, 04 Februari 2008

Jalan Panjang Perayaan Imlek

Lahir dari Gagasan Kaisar Kuning
Bagi etnis Tionghoa yang menganut agama Khonghucu, perayaan Imlek merupakan hari raya besar agama yang harus dirayakan setiap tahunnya. Bagaimana perjalanannya hingga sekarang?

Jamil, Batam
Jamil@batampos.co.id

Imlek atau Yin-li-xin-nian adalah sistem penanggalan yang dikenal masyarakat Tionghoa dari turun temurun. Jika di agama Islam sistem penanggalannya Hijriyah dan agama Nasrani sistem penanggalannya Masehi, maka agama Khonghucu sistem penanggalannya adalah Imlek yang perhitungannya menganut sistem lunar dan solar.
Pengamat Agama Khonghucu Indonesia Anly Cenggana SH kepada Batam Pos, Rabu (30/1) mengatakan dalam sejarah penanggalan Imlek kini telah memasuki usia 4.706 tahun, namun realitanya hari raya Imlek saat ini sudah akan memasuki tahun ke-2559, Kamis (7/2).
Menurut pria asal Karimun ini, sejarah penanggalan Imlek penggagasnya adalah Kaisar Kuning atau Huang Di Ji Xuanyuan yang memerintah 2698-2598 SM. Kemudian gagasan Kaisar Kuning ini diteruskan Dinasti Xia (2205-2197 SM) dengan kaisar bernama Da Yu yang juga merupakan salah satu Nabi dalam agama Khonghucu.
Pada zama Dinasti Xia hingga Dinasti Qin (221-207 SM), sistem penanggalan masyarakat Tiongkok mengalami empat macam sistem penanggalan.
Namun Nabi Khonghucu yang hidup di abad 551 SM-479 SM, menyarankan kepada negara untuk menggunakan penanggalan Dinasti Xia, pasalnya pada saat itu mayoritas masyarakat hidup dari pertanian dan awal tahun barunya jatuh pada musim semi. ”Saran Nabi Khonghuci tidak digubris pemerintah, namun saat Dinasti Qin runtuh sistem penanggalan Xia baru diresmikan negara,” jelas pria pemilik koleksi ribuan buku ini.

Dilanjutkannya, pada sama Dinasti Han (206 SM-220 M), tepatnya tahun 104 SM sistem penanggalan Xia resmi digunakan hingga saat ini.

Sedangkan untuk menghormati Nabi Khonghucu, penentuan perhitungan tahun pertamanya dihitung sejak tahun kelahiran Nabi Khonghucu (551 SM), sehingga saat ini hari Raya Imlek sudah memasuki ke-2559 pada 7 Februari mendatang.


Khusus untuk di Indonesia perayaan Imlek oleh penganut agama Khonghucu di zaman Orde Lama tidak mengalami kendala sebagaimana yang tertuang dalam No:2/OEM tahun 1946. Namun pada zaman Orde Baru mereka tidak diberi ruang untuk merayakan hari raya Imlek di tempat umum, sebagaimana yang tertuang dalam Inpres No 146 tahun 1967 tentang larangan merayakan acara keagamaan di muka umum. Selanjutnya dipertegas lagi dalam Undang-undang No 1/PNPS tahun 1965 tentang penyalagunaan agama. Kemudian disusul Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Seterusnya, disusul surat edaran Mendagri No 477/74054 tertanggal 16 November 1978 dan sejumlah peraturan lainnya.
Perayaan hari raya Imlek, baru bisa dirasakan sepenuhnya oleh penganut agama Khonghucu pada zama reformasi dengan keluarnya Inpres Presiden BJ Habibie melalui Inpres No 26 tahun 1999, dan dilanjutkan dengan Keppres tahun 2000 oleh Presiden KH Abdurahman Wachid (Gus Dur).
Kemudian pada tahun 2001 keluar keputusan Menteri Agama tentang libur fakultatif pada hari Raya Imlek, dan dilanjutkan pada zaman Megawati dengan keputusan Menteri Agama No.323, tanggal 1 Juli 2002 hari Raya Imlek dijadikan libur nasional.
Setelah itu, pada tahun 2006 Menteri Agama dengan surat MA/12/2006, menyelesaikan legitimasi umat Khonghucu, dan ditindaklanjuti surat edaran Mendagri tentang Pencatatan Perkawinan penganut agama Khonghucu di kantor catatan sipil di seluruh Indonesia.

Dengan jalan yang berliku dan panjang ini, umat Khonghucu di Indonesia baru bisa melaksanakan perayaan Imlek secara meriah di tempat umum. ”Dulu umat Khonghucu hanya bisa merayakan Imlek di tempat tertentu saja, dengan perayaan yang sangat sederhana. Kini sudah bisa rayakan di tempat umum,” terangnya.


Tradisi Sakral di Perayaan Imlek


Sementara itu, bagi umat Khonghucu meyakini ada beberapa kegiatan yang sangat sakral dilakukan di saat hari Raya Imlek.
Di antaranya, sembahyang Dewa Dapur. Umat Khonghucu menggelar sembahyang Dewa Dapur ke khayakangan dengan cara membakar kertas yang tergambar kuda terbang di kertas tersebut. Hal itu bertujuan untuk melaporkan kejadian-kejadian selama setahun yang kepada penguasa khayangan/Thian Kong.
Selanjut, hari pesaudaraan. Notaris di Batam ini, menyebutkan dalam agama Khonghucu mengajarkan bahwa seorang yang penuh cinta kasih menggunakan harta untuk mengembangkan diri. Seseorang yang tidak berperi cinta kasih mengabdikan dirinya untuk menumpuk harta.
”Ini diartikan bahwa kita dituntut untuk menjalin persaudaraan, dan saling tolong menolong sesama saudara,” ungkapnya.
Di hari persaudaraan semua keluar yang ada di perantauan diwajibkan pulang ke kampung halaman berkumpul bersama saudaranya masing-masing. Ini menunjukkan pentingnya tali persaudaraan di antara keluarga dan kerabat.
Kemudian juga dikenal dengan tradisi sakral sembahyang leluhur, dan dilanjutkan penyambutan kedatangan dewa, sembahyang kebesaran tahunan. Dan pada hari ke-15 hari raya Imlek digelar acara cap go meh. Acara cap go meh ini adalah acara penutupan seluruh acara dalam perayaan Imlek. Dalam acara cap go meh ini, biasanya juga digelar acara barongsai dan menggelar beberapa tradisi Tionghoa lainnya.
Selain, saat perayaan Imlek juga dianjurkan bersih-bersih rumah, memenuhi semua kebutuhan pokok di rumah. Misal sembako dianjurkan tersedia semuanya di saat hari raya Imlek. Kemudian membuat kue keranjang (ti kue = kue manis) yang lengket. Kue ini lambang persatuan, agar sesuatu kehidupan yang baik dalam kehidupan akan berlanjut di tahun berikutnya.
Kemudian, saling kunjung mengunjungi. Yang mudah wajib mengunjungi keluarga yang tua. Dalam ajaran Khonghucu disebutkan dalam sebuah keluarga ada seorang petuah lebih berharga dari sebuah permata.
Ini menandakan pentingnya orang tua memberikan wejangan kepada anak-anaknya agar kehidupannya di tahun baru lebih baik dari tahun tahun sebelumnya.
Selanjutnya, juga ada tradisi pemberian angpao (amplop) dari orang yang sudah berkeluarga kepada anak-anak atau mereka yang belum berkeluarga.
''Bagi mereka yang hidupnya sudah mapan namun belum berkeluarga, tidak berhak memberikan angpao namun untuk memberikan bingkisan kepada orang lain sah-sah saja,'' katanya.
Dulu, angpao berisi uang yang masih baru dan terdiri atas dua lembar. Namun sekarang, terutama anak-anak tidak menghiraukan kualitas uang. Yang penting nilai uang tersebut, begitu kata anak-anak zaman ini.
Nah, jumlah isi angpao biasanya tergantung kepada tingkat ekonomi masing-masing keluarga.
Tradisi lainnya adalah, tepat pada hari raya Imlek orang membakar petasan atau mercon. Ini merupakan simbol kegembiraan karena rezekinya bertambah. Ada pula yang memanggil barongsai tanda mengundang rezeki dan menolak bala. Dan mengenai tradisi saling mengunjungi menyambut Imlek ini berlangsung selama 15 hari dan berakhir pada saat perayaan cap go meh (hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek).
Makna Sajian


Saat perayaan Imlek berbagai sajian jadi menu wajib dan mempunyai makna tersendiri dari aneka sajian tersebut.
Misalnya buah jeruk. Buah jeruk ini melambangkan sari kehidupan, buah biji yang menyatu dengan daging dan isi seperti delima, srikaya melambangkan tidak terputus keturunan. Selanjutnya, pisang melambangkan bersatu padu tidak bercerai berai.
Selain itu ada juga sajian Fuk Lu Shou. Fuk diartikan rezeki, dilambangkan kue mangkok yang dibuat dari tepung beras supaya mendapatkan cukup pangan. Lu diartikan keberuntungan yang berlimpah di luar kebiasaan. Ini seperti dengan kue wajik yang berbentuk kerucuk terbuat dari ketan dan gula merah yang melengket yang dilambangkan bersatu padu memuja Tuhan. Sedangkan Shou berarti panjang umur. Ini dilambangkan dengan kue tok/kue ku berbentuk kura-kura karena kura-kura memiliki umjr panjang.
Ketiga unsur Fuk Lu Shou dengan lafal Tionghoa Fuk Lu Tong Hai, Shou Pi Nan San artinya rezeki berlimpah bagaikan laut timur dan umur panjang seperti gunung selatan.
Dari sekian banyak perayaan Imlek tersebut, meunrut Anly Cenggana, setidaknya Imlek memiliki makna untuk mengingat kebesaran Tuhan sebagai Sang Pencipta jagad raya. Kemudian sebagai prilaku bakti tidak melupakan leluhur meski amat jauh jaraknya namun ikatan batin tetap menyatuh. Terakhir terus mengedepankan tenggang rasa dalam kepedulian sosial. (jaq)

Tidak ada komentar: